:::: MENU ::::
  • What is Divergence ? (Technical Analysis)

  • IHSG VS Kurs Rupiah. Siapa pemenangnya ?

  • Institutional Brokerage Service

  • IMN Investa Investor Education

Drop Down MenusCSS Drop Down MenuPure CSS Dropdown Menu

Welcome to IMN investa by PT Indo Mitra Niaga


Tuesday, December 16, 2014

Setelah beberapa waktu yang lalu nama Peter sondakh hangat diperbincangkan gara-gara mengakuisisi BWPT dan dikabarkan akan melakukan backdoor listing, saat ini konglomerat ini juga punya agenda lain di bursa yaitu melakukan IPO  anak usaha dari PT Rajawali Corpora yaitu PT Archi Indonesia (AI).  AI merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang pertambangan antara lain tambang emas dan perak. Perusahaan menawarkan sebanyak-banyaknya 1.600.000.000 (1.6 Miliar) lembar saham atau sekitar 40.4117% dari modal ditempatkan dan disetor.

Harga IPO = 1.895 - 2.400

Target perolehanan dana =  3,03 Triliun sampai 3.84 Triliun atau USD 242.56 Juta  - USD 307.2 Juta. (kurs = 12.500)

Jumlah saham beredar setelah IPO = 3.959.250.000

figure 1

Proyek Tambang Archi Indonesia :

  1. Proyek Toka Tindung. (PT Meares Soputan Mining dan PT Tambang Tondano Nusajaya)
  2. Proyek Wonogiri. (PT Alexis Perdana Mineral)

Dana yang diperoleh akan digunakan untuk :

  1. USD 216.2 juta akan digunakan untuk membayar utang kepada Archipelago Resources PLC (AR PLC) yang akan jatuh tempo 30 desember 2014.
  2. USD 35.9 juta akan digunakan untuk mengakuisisi 99.98% saham PT Smart Mining Resources (SMR).
  3. Sisanya digunakan untuk membangun modal kerja dan keperluan perseroan antara lain untuk membangun kantor, mess karyawan, dan fasilitas lain di area tambang.
Total dana minimal yang harus di dapat dari IPO ini adalah USD 252.1 Juta untuk membiayai poin-poin diatas. Jika melihat kebutuhan dana perseroan, dengan asumsi kurs rupiah di Rp 12.500 per US dollar, maka harga saham minimal untuk IPO ada di Rp 1.970 - Rp 2.000.

Wow ternyata mayoritas dana hasil IPO AI ini cuma dipakai untuk bayar utang yah ??? eits..... sebentar dulu, mari kita coba lihat lebih dalam siapa sih Archipelago Resources PLC ini. 

Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa PT AI merupakan anak usaha dari PT Rajawali Corpora (PT RC). PT RC adalah perusahaan yang 100 persen kepemilikannya dimiliki oleh Peter Sondakh. Pada tahun 2008 PT RC bekerja sama dengan Aburizal Bakrie dan Bambang Trihatmodjo mengakuisisi 30% saham Archipelago Resources PLC sampai pada tahun 2011 PT RC menguasai 52.4% saham AR PLC dan menjadi pengendali di perusahaan.

pemegang saham Archipelago Resources PLC :

figure 2

Ow... Ternyata Archipelago Resources PLC (AR PLC) juga dimiliki oleh Peter Sondakh juga.

figure 3

Figure 3 memperlihatkan pada tahun 2011, revenue utama AR PLC berasal dari Indonesia. AR PLC melalui anak usahanya yang berada di singapura yaitu Archipelago Resources Pte Ltd (AR Pte) menguasai 95 persen kepemilikan di tambang emas Toka Tindung di Sulawesi Utara sedangkan 5 persen sisanya dimiliki oleh PT Archi Indonesia (AI).

Pada awal tahun 2014 AI melakukan corporate action antara lain :
  1. Membeli 95 persen saham AR Pte Ltd Singapore.
  2. Mengambil alih piutang AR PLC senilai USD 183.5 juta.
Untuk mendanai corporate action ini, AI menerbitkan surat sanggup (promissory note) untuk membayar sejumlah USD 216.2 juta kepada AR PLC yang akan jatuh tempo 30 desember 2014.

Jadi ternyata dana hasil IPO ini memang benar dipakai untuk membayar utang (promissory note), tetapi ternyata utang ini digunakan untuk restruskturisasi kepemilikan dari perusahaan.

figure 4
Setelah IPO maka kepemilikan AI di proyek Toka Tindung menjadi 100 persen sehingga pencatatan laba juga 100 persen masuk ke AI. 

Pertanyaan selanjutnya, apa untungnya PT RC melakukan pemindahan kepemilikan AR Pte dari AR PLC kepada AI dengan pendanaan dari go public ?
  1. PT RC akan mendapatkan lebih banyak persentase kepemilikan di proyek Toka tindung.
  2. PT RC lebih mendapat kebebasan dalam mengelola AI beserta proyek-proyeknya karena PT RC merupakan pemilik utama dari AI.
Mungkin sebagai pemanis, PT RC juga meletakkan kepemilikan PT SMR dibawah AI setelah IPO AI. Sebelumnya SMR 100 persen kepemilikannya dimiliki langsung oleh PT RC. 

sebelum IPO, AI melalui anak usahanya AUGUR Australia memiliki kepemilikan kecil di proyek tambang Wonogiri, setelah IPO, melalui SMR dan Augur, AI mempunyai rata-rata kepemilikan sebesar 70.74 persen atas proyek Wonogiri. Kemungkinan apabila proyek wonogiri ini bisa mendatangkan keuntungan yang besar, maka target selanjutnya dari AI adalah mengakuisisi 100 persen AUGUR Australia sehingga AI bisa memiliki 100 persen proyek Wonogiri (figure 4)

Stand by buyer

Sebenarnya AI mempunyai alur bisnis yang sederhana karena AI sudah mempunyai kontrak penjualan dengan Standard Chartered Bank dimana SCB harus membeli semua emas yang dihasilkan oleh AI di proyek Toka tindung. Dengan kata lain AI sudah memiliki stand by buyer untuk hasil produksinya, syaratnya adalah emas harus bercap logam mulia dengan kemurnian 99.99 persen sehingga AI bekerja sama dengan ANTAM untuk melakukan jasa proses pemurnian. Harga yang disepakati dengan SCB adalah harga spot loco london fixing price. Kontrak ini masih berakhir pada tahun 2016 dengan opsi perpanjangan dua tahun. Sayangnya dalam 6 bulan terakhir harga emas terus turun dan ini mengakibatkan margin perseroan menjadi semakin tipis.

Valuasi :


figure 5
Kami melihat potensi volume penjualan full year2014 bisa 131,100 (Oz) di harga jual rata-rata USD 1,200 / Oz sehingga revenue perusahaan full year 2014 di USD 157,320,000

figure 6
Apabila kita memakai rata-rata Net Profit Margin tiga tahun sebesar 19.68%, maka proyeksi laba bersih AI :

laba bersih AI = USD 157,320,000 X 19.68%
laba bersih AI = USD 30,956,907

Jumlah saham beredar = 3,959,250,000

EPS AI =  USD 30,956,907 / 3,959,250,000
EPS AI = USD 0.00781888

asumsi Kurs Rupiah = 12.500

EPS AI = Rp 97.74

PER AI di harga 2000 = 20.46 X
PER AI di harga 2400 = 24.56 X

Kami melihat AI pada PER 20.46 X dijual pada harga yang cukup premium dibandingkan dengan perusahaan tambang yang sama yaitu PSAB yang dijual pada PER 14.7 X mengingat risiko yang dihadapi perusahaan lebih kepada harga emas dunia yang terus menurun walaupun sedikit terbantu oleh pelemahan nilai tuka rupiah dan perusahaan sudah mempunyai stand by buyer.[/kin]


Attatchment :



0 komentar:

Post a Comment

Need More Information ? Contact us