:::: MENU ::::
  • What is Divergence ? (Technical Analysis)

  • IHSG VS Kurs Rupiah. Siapa pemenangnya ?

  • Institutional Brokerage Service

  • IMN Investa Investor Education

Drop Down MenusCSS Drop Down MenuPure CSS Dropdown Menu

Welcome to IMN investa by PT Indo Mitra Niaga


Friday, November 28, 2014

  • 5:44 PM


Baru- baru ini pemerintahan JKW mengambil kebijakan menaikkan harga BBM bersubsidi, kebijakan ini tentunya akan memicu terjadinya inflasi sampai-sampai BI juga langsung menaikkan BI rate ke 7.75% dan lending facilities ke 8%. Menurut kami keputusan BI ini secara timing sudah tepat dan sebenarnya keputusan ini cenderung hanya untuk mengawal saja kenaikan Inflasi yang akan terjadi, bukan hanya untuk mengurangi jumlah uang beredar di masyarakat tetapi ada tujuan lain yang ingin dicapai. Mengapa demikian ?, karena inflasi yang terjadi ini merupakan jenis cost push inflation bukan demand pull inflation, dengan kata lain inflasi yang terjadi ini merupakan akibat dari kenaikan cost dari sebuah produk sehingga COGS meningkat dan harga jual meningkat. Inflasi tipe ini merupakan inflasi yang under kontrol karena para pelaku pasar bisa mengukur secara presisi berapa kenaikan yang harus dilakukan akibat kenaikan harga BBM, berbeda dengan inflasi yang diakibatkan oleh over demand dimana kontrol akan lebih sulit dilakukan karena masih harus menunggu kesetimbangan baru. 

Kalau inflasi memang sudah bisa diprediksi dan terkontrol, lalu buat apa BI menaikkan BI rate dan landing facilities ? menurut kami, jika inflasi tinggi, BI rate tetap harus menyesuaikan untuk mencegah capital outflow besar-besaran yang bisa memperbesar defisit neraca pembayaran Indonesia. Jadi keputusan kenaikan BI rate ini tidak hanya dilatar belakangi inflasi akibat kenaikan harga BBM tapi juga neraca pembayaran yang defisit, neraca transaksi berjalan yang juga difisit dan rupiah yang terus terdepresiasi. Kenaikan BI rate ini diiharapkan bisa mengundang capital inflow ke Indonesia baik di PMA maupun investor paper asset sehingga rupiah tidak terlalu terdepresiasi, setidaknya investor yang sudah ada tidak mundur dari Indonesia mengingat semester 2 tahun depan bank sentral Amerika mulai melakukan program normalisasi mereka dengan menaikkan Fed rate dan juga rilis pertumbuhan GDP indonesia yang melambat. 

Tanggal 1 desember 2014 BPS akan rilis Inflasi untuk bulan november. Jika belajar dari kenaikan BBM 2013 lalu, inflasi november ini menurut kami ada di sekitaran 1.4%-1.5% dan inflasi desember nanti sekitar 2.4%-2.6% sehingga inflasi total pada tahun 2014 ada di sekitar 8%-8.5%. Jika rilis data inflasi nanti diatas ekspektasi, bukan tidak mungkin BI akan menaikkan lagi BI rate 25bps ke level 8% toh likuiditas, CAR dan NPL perbankan di indonesia secara rata-rata masih cukup bagus. Dampak inflasi kenaikan harga BBM pada tahun 2013 lalu terjadi 3 bulan, pada bulan ke-3 setelah kenaikan harga BBM harga sudah mulai normal malahan sampai terjadi deflasi. Sepertinya pola ini bisa terulang pada kenaikan harga BBM yang kali ini. Setelah inflasi sudah mulai normal dan berada di target BI di kisaran 4.5% +/- 1%, seharusnya BI rate juga akan kembali diturunkan tentunya dengan memperhitungkan kondisi eksternal juga. [/Kin]




Need More Information ? Contact us